
Makna Filosofis Jawa: “Ajining Diri Gumantung Lathi, Ajining Raga Gumantung Ing Busana”
Oleh : Pujiono
(disampaikan Saat Amanat Upacara Hari Senin, 17 Februari 2025)
Anak Anak Hari Ini bapak Akan Menyampaikan Makna
falsafah Jawa, yang berbunyi:
“Ajining diri gumantung lathi, ajining rogo gumantung ing busana.”
Pepatah ini mengandung makna mendalam tentang bagaimana seseorang dinilai dalam kehidupan bermasyarakat.
- Ajining Diri Gumantung Lathi
Secara harfiah, pepatah ini berarti bahwa harga diri seseorang tergantung pada ucapannya. Salamaatul Insan Hifdzil Lisan ‘Lathi dalam bahasa Jawa berarti lidah, yang dalam konteks ini melambangkan ucapan atau perkataan. Artinya, bagaimana seseorang dihargai dan dihormati oleh orang lain sangat bergantung pada bagaimana ia berbicara.
Dalam kehidupan sehari-hari, tutur kata yang sopan, jujur, dan bijaksana akan meningkatkan harga diri seseorang di mata orang lain. Sebaliknya, ucapan yang kasar, penuh kebohongan, atau menyakiti perasaan orang lain justru akan merendahkan martabat seseorang. Oleh karena itu, dalam budaya Jawa, berbicara dengan penuh tata krama dan kesantunan sangat ditekankan. Ayo, Kita Jaga Hargadiri kita Denngan perkataan Yang Baik, Jujur dan jauh dari perkataan Keji.
- Ajining Raga Gumantung Ing Busana
Bagian kedua dari pepatah ini menegaskan bahwa penghargaan terhadap tubuh seseorang tergantung pada pakaiannya. Busana dalam konteks ini tidak hanya berarti pakaian fisik, tetapi juga melambangkan bagaimana seseorang menjaga penampilannya.
“Dalam kehidupan sosial, cara seseorang berpakaian dan merawat dirinya dapat mencerminkan karakter, status sosial, dan rasa hormat terhadap lingkungan sekitarnya. Pakaian yang bersih, rapi, dan sesuai dengan norma sosial menunjukkan bahwa seseorang menghargai dirinya sendiri dan orang lain. Namun, ini bukan berarti penampilan harus selalu mewah, melainkan lebih pada bagaimana seseorang menampilkan diri dengan pantas sesuai dengan situasi dan kondisi. ayo, Kita Jaga Kebersiahan Kerapian Pakain Kita Terlebih GURU yang akan Jadi Contoh.
Kesimpulannya
Pepatah ini mengajarkan keseimbangan antara perkataan dan penampilan. Seseorang yang baik tidak hanya dinilai dari bagaimana ia berbicara (lathi) tetapi juga dari bagaimana ia menjaga penampilannya (busana). Dengan memahami dan menerapkan filosofi ini, seseorang dapat membangun citra diri yang baik di tengah masyarakat dan mendapatkan penghormatan dari orang lain.
Falsafah ini masih relevan hingga kini, di mana komunikasi yang baik dan penampilan yang pantas menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial dan profesional.
Anak Anaku adalah Calon calon peminpin bangsa masa Depan Sukses dunia akherat.
terima kasih semoga Manfaat.