Dekan Fakuktas Geografi UMS Bapak Jumadi, P.Hd ditengah tengah peresmian PAMMU Kadipiro
Sragen, 14 September 2024 – Sebuah inisiatif penting dalam pemenuhan kebutuhan air bersih resmi diluncurkan di Desa Kadipiro, Kecamatan Sambirejo, Sragen. Program Air Minum Muhammadiyah (PAMMU) Kadipiro, yang diprakarsai oleh Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), bekerja sama dengan Lazismu Sragen dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sambirejo, hadir untuk mengatasi krisis air bersih yang selama ini dirasakan masyarakat desa setempat.
Desa Kadipiro, khususnya di wilayah Dukuh Ngledok dan Dlisen, telah lama menghadapi permasalahan air bersih. Ketersediaan air dari PDAM yang sering terganggu membuat warga harus mencari alternatif lain. “Kami sering kesulitan air, terutama saat sore hari. Kondisi ini membuat kehidupan sehari-hari sangat terganggu,” ujar Muhgito, warga Dukuh Ngledok.
Melihat kondisi tersebut, Fakultas Geografi UMS melakukan penelitian mendalam untuk memanfaatkan sumber air dari sumur milik warga lokal, Sumanto Al-Faris, yang diketahui memiliki kualitas air yang baik. Tim yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Geografi, Jumadi, S.Si., M.Sc., PhD, memastikan air dari sumber ini layak untuk konsumsi melalui uji laboratorium. Hasilnya menunjukkan bahwa air tersebut memenuhi standar kualitas air minum.
Setelah hasil penelitian keluar, pembangunan infrastruktur pun dimulai, dengan pendirian bak penampungan air berkapasitas 26.000 liter di lahan yang diwakafkan oleh warga, Bapak Kelin. Air dipompa ke bak penampungan tersebut dan didistribusikan ke rumah-rumah warga melalui jaringan gravitasi. Total 150 keluarga di lima RT di wilayah Dukuh Ngledok dan Dlisen kini dapat menikmati air bersih.
Ridwan Adi Sukmono, Ketua Lazismu Sragen, menyatakan, “Program ini merupakan hasil kerjasama erat dari banyak pihak yang bertujuan untuk membantu masyarakat mengatasi krisis air bersih. Kami berharap ini bisa menjadi solusi jangka panjang.”
Warga menyambut baik inisiatif ini. “Sekarang kami bisa mengakses air bersih tanpa perlu khawatir. Terima kasih kepada semua yang telah membantu mewujudkan ini,” ungkap Jarot, salah satu warga setempat.
Program PAMMU Kadipiro diharapkan menjadi model bagi desa-desa lain di wilayah yang mengalami krisis air bersih, serta terus dikembangkan di masa mendatang.