
Oleh Oleh Pengalaman Mengagumkan Studi Banding ke Ponpes Al-Falah Ploso, Mojo Kediri
Oleh: Agus Sutrisno
(Kepala MIM Al-Akbar Pandeyan)
Studi banding ke Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri, yang diasuh oleh Gus Kautsar, menjadi salah satu pengalaman yang benar-benar mengagumkan dalam perjalanan akademik sekaligus ruhani saya. Banyak hal yang saya temukan di sana, yang memberi pelajaran mendalam tentang bagaimana sebuah lembaga pendidikan Islam bisa berjalan dengan penuh keberkahan, disiplin, dan keteladanan.
1. Guru Harus Hadir dengan Persiapan
Salah satu hal yang begitu berkesan adalah bagaimana para kyai/ustadz yang ditunjuk untuk mengisi pengajian sorogan seminggu sekali selalu diwanti-wanti untuk fokus menyampaikan materi dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh ada guru yang masuk kelas tanpa persiapan, tidak boleh tampil “plonga-plongo” tanpa arah.
Prinsip yang dipegang kuat adalah: “Jangan menzhalimi kelas.”
Ketika seorang guru diberi kesempatan bertemu dengan murid, maka ia harus tampil maksimal. Sebab setiap pertemuan adalah amanah, dan setiap amanah akan dipertanggungjawabkan. Prinsip inilah yang membuat proses belajar di Ponpes Al-Falah benar-benar hidup, terarah, dan memberi kesan mendalam bagi para santrinya. Meskipun mereka Sudah Hafal materi tetap Harus Dipersiapkan. Jauh beda dengan sekolah Disekitar kita banyak guru Asal Masuk Tanpa Persiapan, Ngalor ngidul Hanya Menghabiskan waktu. betapa ruginya???
2. Ketertiban dan Adab dalam Menyimak
Hal kedua yang membuat saya kagum adalah suasana saat pengajian berlangsung, baik waktu sore (asar) maupun di kesempatan lain. Ketika seorang kyai atau ustadz menyampaikan ceramah, seluruh penghuni pesantren serentak berhenti dari aktivitas mereka.
Di manapun mereka berada – entah di teras, lapangan, depan kelas, bahkan di kantin – semua segera duduk diam, menyimak dengan buku dan pena di tangan. Tidak ada yang sibuk sendiri, tidak ada yang bermain gawai, apalagi mengobrol. Bahkan meskipun sang ustadz tidak terlihat langsung, hanya terdengar suaranya saja, semua tetap tenang dan penuh perhatian.
Inilah yang disebut ketertiban dan ketakdhiman. Suatu adab yang membuat ilmu benar-benar masuk ke dalam hati, bukan sekadar lewat telinga. Betapa berbeda dengan kebiasaan sebagian dari kita, yang kadang masih mengajar sambil bermain HP, atau santri/murid menyimak sambil lalu, seolah setengah hati.

Dari studi banding ini, saya belajar bahwa keberkahan ilmu tidak hanya terletak pada apa yang diajarkan, tetapi juga pada bagaimana adab guru dan murid menjalaninya. Ponpes Al-Falah Ploso memberi teladan, bahwa dengan persiapan matang, adab mendalam, dan ketertiban yang terjaga, ilmu akan lebih mudah menempel di hati serta menjadi cahaya kehidupan.
Sungguh, pengalaman ini bukan hanya menambah wawasan akademik, tetapi juga membentuk kesadaran ruhani bahwa pendidikan sejati adalah perpaduan antara ilmu, adab, dan keberkahan.
*) Disampaikan Saat Rapat Koordinasi FKKS Boyolali, di Alas Watu Karang Gede. 24 September 2025