Najih Prastiyo: “Harapan Tokoh Pemuda Negarawan itu ada di Boyolali”
Boyolali, 21 Januari 2024. Hari ini, Hotel Al-Azhar Azhima Boyolali menjadi saksi sebuah perhelatan besar, yakni Seminar Kepemudaan yang berlangsung pasca Pengukuhan Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah, dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kabupaten Boyolali. Dengan tema yang menggugah, “Menyemai Inklusivitas, Wujudkan Pemuda Negarawan Berkualitas,” seminar ini bertujuan mengurai persoalan inklusivitas pergerakan yang ada di Organisasi Kepemudaan.
Acara ini menjadi semakin istimewa dengan kehadiran Najih Prastiyo, Sekretaris Jendral Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, sebagai pembicara utama. Dalam paparannya, Najih menguraikan dengan gamblang persoalan dan solusi terkait inklusivitas pergerakan pemuda. Menurutnya, pergerakan pemuda haruslah luwes, penuh dengan siasah, dan mampu berdialog dengan banyak pihak. Keahlian ini menjadi kunci bagi Pemuda Muhammadiyah untuk meningkatkan relasi dan keilmuan mereka.
Menyoroti pentingnya menciptakan dan membentuk tokoh Pemuda Negarawan, Najih Prastiyo menyatakan bahwa harapan tersebut kini tumbuh di Boyolali. Dengan menggelar acara sebesar ini dan melibatkan berbagai pihak untuk berkolaborasi, Pemuda Muhammadiyah di Boyolali berhasil mendobrak eksklusivitas yang mungkin ada di dalam organisasi tersebut. Menurutnya, kolaborasi adalah kunci utama untuk memajukan bangsa dan negara.
Acara seminar ini juga berlangsung secara interaktif, menciptakan suasana dialog antara pembicara dan peserta. Salah satu pertanyaan menarik dari peserta adalah apakah ada prototipe sosok Pemuda Muhammadiyah yang menunjukkan sikap inklusivitas dan dapat dianggap sebagai Pemuda Negarawan.
Najih Prastiyo dengan tegas menjawab, “Tentu saja, sosok panutan utama kita adalah Rasulullah Muhammad. Beliau telah memberikan contoh dan teladan tentang pentingnya berdialog dengan semua pihak, termasuk dengan musuh. Kesepakatan perlu dibuat pada masa itu, dan resikonya apa? Tidak semua pihak setuju. Ya, memang begitu tugas kita di dunia. Kita tidak bisa memuaskan semua orang, kita fokus lakukan hal baik dan yang terbaik.”
Seminar Kepemudaan ini tidak hanya menjadi ajang diskusi konstruktif tetapi juga sebagai sumber inspirasi bagi pemuda-pemudi Boyolali untuk mengembangkan diri mereka sebagai pemuda inklusif dan berjiwa negarawan.Najih Prastiyo: “Harapan Tokoh Pemuda Negarawan itu ada di Boyolali” Boyolali, 21 Januari 2024. Hari ini, Hotel Al-Azhar Azhima Boyolali menjadi saksi sebuah perhelatan besar, yakni Seminar Kepemudaan yang berlangsung pasca Pengukuhan Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah, dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kabupaten Boyolali. Dengan tema yang menggugah, “Menyemai Inklusivitas, Wujudkan Pemuda Negarawan Berkualitas,” seminar ini bertujuan mengurai persoalan inklusivitas pergerakan yang ada di Organisasi Kepemudaan. Acara ini menjadi semakin istimewa dengan kehadiran Najih Prastiyo, Sekretaris Jendral Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, sebagai pembicara utama. Dalam paparannya, Najih menguraikan dengan gamblang persoalan dan solusi terkait inklusivitas pergerakan pemuda. Menurutnya, pergerakan pemuda haruslah luwes, penuh dengan siasah, dan mampu berdialog dengan banyak pihak. Keahlian ini menjadi kunci bagi Pemuda Muhammadiyah untuk meningkatkan relasi dan keilmuan mereka. Menyoroti pentingnya menciptakan dan membentuk tokoh Pemuda Negarawan, Najih Prastiyo menyatakan bahwa harapan tersebut kini tumbuh di Boyolali. Dengan menggelar acara sebesar ini dan melibatkan berbagai pihak untuk berkolaborasi, Pemuda Muhammadiyah di Boyolali berhasil mendobrak eksklusivitas yang mungkin ada di dalam organisasi tersebut. Menurutnya, kolaborasi adalah kunci utama untuk memajukan bangsa dan negara. Acara seminar ini juga berlangsung secara interaktif, menciptakan suasana dialog antara pembicara dan peserta. Salah satu pertanyaan menarik dari peserta adalah apakah ada prototipe sosok Pemuda Muhammadiyah yang menunjukkan sikap inklusivitas dan dapat dianggap sebagai Pemuda Negarawan. Najih Prastiyo dengan tegas menjawab, “Tentu saja, sosok panutan utama kita adalah Rasulullah Muhammad. Beliau telah memberikan contoh dan teladan tentang pentingnya berdialog dengan semua pihak, termasuk dengan musuh. Kesepakatan perlu dibuat pada masa itu, dan resikonya apa? Tidak semua pihak setuju. Ya, memang begitu tugas kita di dunia. Kita tidak bisa memuaskan semua orang, kita fokus lakukan hal baik dan yang terbaik.” Seminar Kepemudaan ini tidak hanya menjadi ajang diskusi konstruktif tetapi juga sebagai sumber inspirasi bagi pemuda-pemudi Boyolali untuk mengembangkan diri mereka sebagai pemuda inklusif dan berjiwa negarawan.